tag:blogger.com,1999:blog-76342750752138006282024-02-08T09:10:48.446-08:00keyshakeyshahttp://www.blogger.com/profile/14888244112795686732noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-7634275075213800628.post-37304874128949129342008-06-10T18:37:00.000-07:002008-06-10T18:41:57.096-07:00ArtikelPERBEDAAN LATIHAN INTENSITAS TINGGI<br />METODE 1 : 2 DAN 1 : 3 PADA LATIHAN LEG PRESS<br />TERHADAP DAYA TAHAN OTOT TUNGKAI<br /><br />Oleh: Dony Andrijanto<br /><br /><br />ABSTRACT<br /><br />This research was to see to know influence from result of leg press exercise high intensity methode 1 : 2 and 1: 3 to endurance leg muscle.<br />Planning of research device is “The pretest – posttest control group design”. People sample wich is selected by student Faculty Science of Sport UNESA age 19-23 years, healthy and do not be contra indication of physical exercise. People sample to be divided to become three group that is group control (Ko), group intensity 80% maximum methode 1 : 2 (K1) and group intensity 80% maximum methode 1 : 3 (K2). Third of this group, two group (K1 and K2) given by treatment that is leg press.<br />The experiment was done for six weeks, divided into to period as, each period consisted of three weeks, dependent variable was tested three times, (1) before the treatment (pretest); (2) after the end of three weeks training (posttest-1); (3) after the treatment-after the end of six weeks training (posttest-2).<br />Conclusion this research is : leg press exercise high intensity (80% maximum) methode 1 : 2 more increasing of endurance leg muscle from at methode 1 : 3<br /><br />Keywords: high intensity, methode 1 : 2 and 1 : 3, leg press, endurance, leg musle<br /><br /><br /><br />PENDAHULUAN<br /><br />Prestasi olahraga di Indonesia pada dasawarsa terakhir ini dirasakan kurang berkembang dan dirasakan semakin menurun. Hal ini dibuktikan dengan penurunan pencapaian prestasi keolahragaan dari kontingen Indonesia pada SEA GAMES XXIV tahun 2007.<br />Salah satu faktor penurunan prestasi olaharaga di Indonesia adalah turunnya kemampuan kondisi fisik seseorang yang didasarkan atas kemampuan daya tahan yang dimiliki pemain Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan daya tahan otot terutama pada otot tungkai (Koni Jatim, 2002).<br />Latihan beban Leg Press merupakan metode latihan fisik terbaik untuk memperbaiki penampilan dalam olahraga. Latihan fisik khusus yang dapat meningkatkan daya tahan otot tungkai adalah latihan leg press dengan intensitas dan repetisi yang sesuai (Laura, 1992).<br /><br /><br /><br /><br />MATERI<br /><br />1. LATIHAN BEBAN LEG PRESS<br />Beratnya suatu latihan dinamakan intesitas beban latihan. Beratnya suatu latihan tergantung dari meningkatnya frekuensi latihan, lamanya latihan, jumlah set latiha, macam latihan dan ulangan (repetisi). Intensitas beban untuk latihan daya tahan dan kekuatan 80% dari kerja maksimum, dan untuk latihan kecepatan, daya ledak dari kerja maksimum (Fox, 1993). <br /><br />2. METODE LATIHAN LEG PRESS<br />Latihan ini sama dengan latihan otot pada squat (deep knee-bend), yaitu latihan untuk memperkuat ligamenta lutut (Sajoto, 1995) tetapi sedikit berbeda yaitu gerakannya menekankan pada panggul (gerakan panggul). Metode latihannya duduk di mesin leg press dengan kedua telapak kaki pada port plate (bantalan kaki). Bengkokkan kedua lutut membentuk sudut 45O dan turunkan sejauh mungkin, hingga lutut dekat dengan bahu, kemudian tolak beban kembali (Laura, 1992).<br /><br />3. METODE 1 : 2 DAN 1 : 3<br />Metode 1 : 2 meggunakan waktu rangsang (WR) 30 detik/set dan waktu istirahat 60 detik/set, sedangkan untuk metode 1 : 3 meggunakan waktu rangsang (WR) 30 detik/set dan waktu istirahat 90 detik/set.<br />a. Rest/istirahat<br />Adalah waktu yang diberikan untuk memulihkan kondisi tubuh setelah melakukan suatu aktifitas/pekerjaan. Waktu istirahat dihitung pada saat berakhirnya suatu aktifitas dan melaksanakan aktifitas. Untuk intensitas tinggi dikatakan bahwa waktu kerja 30 detik memerlukan waktu istirahat 60 detik (Sportsciog, 2004).<br /><br />b. Rest interval<br />Adalah waktu yang diberikan antara tiap set saat laihan untuk beristirahat. Apabila rest interval menurun atau berkurang selama latihan, maka dapat meningkatkan efek kardiovaskuler yang berakibat pada kegiatan sehari-hari (Glasscock, 2005).<br /><br />4. DAYA TAHAN<br />Bompa (1990) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan meliputi :<br />a. Pengertian daya tahan<br />(1) Daya tahan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi otot secara maksimum dan berulang kali (Akses Internet 21 Agustus 2005), (2) Daya tahan otot adalah kemampuan suatu otot atau kelompok otot yang berkontraksi secara berulang-ulang pada periode waktu yang lama sampai megalami kelelahan (Gabbard, 1987).<br /><br />b. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan<br />(1) Sistem persarafan (the central nervous system) yaitu penurunan kapasitas kerja dari sistem saraf pusat menyebabkan kelelahan yang akhirnya mengurangi daya tahan. (2) Kemauan, ketekunan dan semangat (will power) berhubungan erat antara kemauan dan ketekunan dengan faktor psikologis.<br /><br />c. Kapasitas aerobik<br />Kemampuan jantung dan paru merupakan potensi untuk menghasilkan nergi, semakin besar kemampuan menyerap O2 semakin tinggi kemampuan daya tahannya.<br />d. Kapasitas anaerobik<br />Merupakan karakteristik umum dari daya tahan otot yang ditentukan oleh ; <br />(1) persediaan ATP-PC dalam glikogen otot, (2) persentase fast twitch fiber, (3) kemampuan menanggung beban asam laktat, (4) aktivitas enzim yang berperan dalam metabolisme anaerobik dan sistem glikogen.<br />e. Test daya tahan otot<br />Untuk mengetahu tes daya tahan otot, bias dilakukan dengan test latihan fisik, misalnya : Sit-ups ; daya tahan otot perut, Half Squat Jump ; daya tahan otot tungkai, Push-up ; daya tahan otot lengan dan bahu, Squat Thrust ; daya tahan otot secara umum, Pull-up ; daya tahan otot lengan dan bahu.<br /><br /><br />METODE PENELITIAN<br />1. Jenis Penelitian<br />Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan latihan intensitas tinggi metode 1 : 2 dan 1 : 3 pada latihan leg press terhdap daya tahan otot tungkai.<br />2. Rancangan Penelitian<br />Penelitian ini menggunakan “The Pretest-Posttest Control Group design” (Zainuddin, 2000).<br /><br />3. Populasi dan Sampel<br />Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa putra jurusan pendidikan Olahraga, FIK UNESA. Sampel (orang coba) adalah mahasiswa putra Jurusan Pendidikan Olahraga FIK UNESA, semester 4 tahun akademik 2002/2003, umur 19-23 tahun, bert badan 50-70 kg.<br />4. Teknik Pengumpulan Data<br />a. Data umur, jenis kelamin, tinggi badan dan panjang tungkai dilakukan pada pretest, data berat badan dilakukan pada pretest, posttest 1 dan posttest 2.<br />b. Data beban maksimum ditentukan 1 x 24 jam sebelum pelaksanaan pretest, dan 1 x 24 jam sebelum posttest 1.<br />c. Data daya tahan dilakukan pada saat pretest, posttest 1 dan posttest 2.<br />5. Teknik Analisis Data<br />Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisa menggunakan statistic dengan uji normalisasi distribusi data, homogenitas data, uji LSD pada taraf kepercayaan 95%, MANOVA dan MANAKOVA, membandingkan kelompok, diproses dan dianalisis melalui komputer.<br />6. Instrumen Penelitian<br />a. Leg press buatan Jerman dengan satuan kg<br />b. Stop watch merek Citizen buatan Jepang, 1 buah dengan ketelitian 1/100 detik.<br />c. Metronom merek “Yamaha” dengan ketelitian 1/10 detik.<br />d. Timbangan berat badan menggunakan alat Stadiometer merek “Keihaku” buatan Tokyo dengan skala 0,01 kg dan batas ukur 25 kg – 100 kg.<br />e. Alat ukur tinggi badan menggunakan Antropometer merek “Tanita” buatan RRC dengan skala 1/10 cm.<br />f. Kamera untuk dokumentasi.<br /><br /><br />HASIL PENELITIAN<br />1. Umur, Tinggi Badan, panjang Tungkai dan Berat Badan<br />Pencatatan umur, pengukuran tinggi badan dan panjang tungkai pada sample penelitian ini dilakukan hanya 1 (satu) kali pada awal penelitian. Berat badan diukur sebanyak 3 (tiga) kali yaitu pada pretest, posttest 1 dan posttest 2. Setelah dianalisa dengan uji t ternyata variable-variabel tersebut tidak ada perbedaan yang bermakna antar kelompok (P>0,05). Hal ini berarti bahwa variable usia, tinggi badan, panjang tungkai dan berat badan tidak berpengaruh secara bermakna pada hasil penelitian. <br />2. Daya Tahan Otot Tungkai.<br />a. Ada perbedaan bermakna (p = 0,000) daya tahan otot tungkai antara pretest dan posttest pada kelompok latihan intensitas 80% maksimum metode 1 : 2 dan 1 : 3.<br />b. Perubahan daya tahan pada kelompok intensitas 80% maksimum metode 1 : 2 (37,54 + 2,604) kali/sec dan kelompok intensitas 80% maksimum metode 1 : 3 (9,643 + 2,660) kali/sec. Lihat table perubahan daya tahan dibawah ini, (p = 0,000) ada beda yang bermakna, hal ini disebabkan nilai SD besar, artinya daya tahan pada latihan intensitas 80% maksimum metode 1 : 2 lebih meningkat daripada metode 1 : 3.<br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PENUTUP<br />a. Kesimpulan<br />Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa laihan leg press intensitas tinggi metode 1 : 2 lebih meningkatkan daya tahan otot tungkai daripada metode 1 : 3.<br />b. Saran<br />1. Untuk meningkatkan daya tahan otot tungkai dapat dilakukan dengan cara latihan intensitas tinggi metode 1 : 2 pada latihan leg press.<br />2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang latihan intensitas tinggi pada latihan leg press terhadap peningkatan prestasi dibidang olaharaga.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Fox EL, Bowers RW, and Foss ML. 1993. The Physiological Basis of Physical Education and Atlethics, 4 ed. Philadelphia: Saunders College Publishing. pp. 12-37, 451, 472, 504, 512-542, 615-616<br />Carol Glasscock, 2005.<br /><br />Almatsier,Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Tama<br />Anonim, 2000. Vitamin B1 Cegah Kelelahan Otot. <a href="http://www.intisari.com/">www.intisari.com</a> diakses tanggal 24 Mei 2004<br />Astrand PO. 1977. Textbook of Work Physiology, 2nd edition. New York: Mc Graw Hill Book Company, pp. 286-329<br />Avandi, Raymond Ivano. 2002. Tesis: Pengaruh Pemberian Zat Besi, Asam Folat, Glukosa dan Latihan Fisik terhadap Peningkatan kadar Hb dan VO2 Max Mahasiswa FIK Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: Pasca Sarjana UNAIR<br />Astrand PO. 1986. Textbook of Work Physiology: Physiological Basis of Exercise. New York: Mc Graw-Hill Book Company, pp. 299-325, 355-384<br />Bowers RW, Fox EL. 1992. Sport Physiology. Tokyo: WB Saunders College Publishing, pp. 3-36, 152, 167-196, 230<br />BrooksGA, Fahey TD. 1984. Exercise Physiology, Human Bioenergetics and Its Apllications. New York: John Willey & Sons, pp. 73, 161-133, 404-408, 429-436<br />Darwin K, dan Elfina. 1997. The Safety and Risks to Informan Sector Workers Konselting from Nutrition Iraclegules. Bali: Makalah Konferensi Internasional tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Sektor Informal, tanggal 02-24 Oktober 1997<br />DeMaeyer EM, alih bahasa Arisman MB. 1993. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. Jenewa: World Health Organization, hal 54, 60-71<br />Depkes RI. 1995. Pedoman Pemberian Besi Bagi Petugas. Depkes RI, Dirjen Binkesmas. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, hal 10-14<br />Febrian, Jack. 2000. Tentang Pendidikan Tinggi di Indonesia. Bandung: Informatika<br />Fox EL, Bowers RW, and Foss ML. 1988. The Physiological Basis of Physical Education and Athletics, 4 ed. New York: Saunders College Publishing. pp. 12-82, 205-315<br />Ganong, WF. 1999. Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa Widjayakusumah MD. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 275-282, 328-346<br />Garraw JS, James WPT, Ralph A. 1993. Human Nutrition and Dietetics. Churchill Livingstone: Edingburg London Madrid Melbourne New York and Tokyo, pp. 145-150<br />Gibson RS. 1990. Principles of Nutrition Assesment. New York: Oxford University Press, pp. 51-70<br />Guyton AC, Hall JE. 1996. Textbook of Medical Physiology, 9 ed. Philadelphia: WB. Saunders Company, pp 3-4, 297-312, 349-364, 1068<br />Guyton AC. 1997. Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa Andrianto, Petrus. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 1063-1075<br />Harper JO. 1991. Biokimia. Alih bahasa Iyan Darmawan, edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 167-171, 185-212<br />Husaini DK. 1985. Aspek-Aspek Konsekuensi Fungsional Anemia Kurang Zat Besi. Medika: No. 01 tanggal 17 Januari. 37-42<br />Janssen PGJM. 1989. Training Lactate Pulse-Rate. Finland: Polar Electro Oy, pp. 11-16, 20-96<br />Kent M. 1994. The Oxford Dictionary of Sport Science and Medicine. New York: Oxford University Press, pp. 75, 144, 384, 411-412<br />Krisdinamurtirin Y. 1990. Status Gizi dalam Hubungan dengan Kesegaran Jasmani sebagai Penunjang Produktivitas Kerja. Bogor: Puslitbang Gizi, hal 35<br />Lamb DR. 1984. Physiology of Exercise, Responses and Adaptations. New York: Macmillan Publishing Company, pp. 137-186, 230-231, 274-320<br />Maria CL. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: University Press Universitas Indonesia, hal 34, 57, 102<br />Marsetyo K dan Kartasapoetra G. 1991. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi Kesehatan dan Produktivitas Kerja). Jakarta: Balai Pustaka, hal . 70-108<br />Mayes PA. 1993. Harper’s Review of Biochemistry. 20 ed. London: Lange Medical Pub.pp. 143-167, 229-318<br />McArdle WD. 1986. Exercise Physiology Energy, Nutrition and Human Performance. Philadelphia: Lear Febinger, pp. 80-123, 125-357<br />Muhilal. 1996. Review of Survey and Suplementation Studies of Anemia in Indonesia. Food and Nutrition Buletin, 17 (I) hal 3-6<br />Muhilal, 1998. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan. Jakarta: Widya Karya Pangan Nasional Pangan dan Gizi VI, LIPI<br />Jurusan Olahraga Pendidikan FIK UNESA. 2001. Test Kesegaran Jasmani dan VO2 Max Calon Mahasiswa Baru Penjaskesrek FIK Unesa. Surabaya: FIK Universitas Negeri Surabaya<br />Program Pasca Sarjana UNAIR. 2004. Pedoman Penulisan Tesis dan Desertasi. Surabaya<br />Mc Cleanaghan, Pate Rotella. 1990. Dasar-dasar Ilmiah Kepelatihan. Semarang: IKIP Semarang Press<br />Ratna, Ida. 2005. Anemia.<br /><a href="http://www.mer-c.org/mc/ina/konkes/2005/kkes_0505_h_anemia.htm">http://www.mer-c.org/mc/ina/konkes/2005/kkes_0505_h_anemia.htm</a> diakses tanggal 20 Mei 2006<br />Ristini. 1991. Anemia Akibat Kekurangan Besi, Keadaan, Masalah dan Program Penanggulangannya. Jurnal Medika, no. 1 hal 37-42<br />Rushall BS, Pyke FS. 1990. A Training for Fitness, 1st ed. Melbourne: Macmillan Co. pp 5-26<br />Sediaoetama, Djaeni A. 1993. Ilmu Gizi Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat, hal 31-44<br />Soekarman R. 1987. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta: PT. Inti Sedayu Press, hal. 21-43<br />Suandi IKG. 1997. Masalah Gizi Remaja. Denpasar: Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak. RSUD<br />Suhardjo dan Clara MK. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius, hal 19-23, 90-118<br />Van der Beek EJ, et.al., Thiamin, riboflavin and vitamin B-6: impact of restricted intake on physical performance in man. J. American Coll Nutr 1994; 13: 629-40<br />Widodo. 1993. Metode Penelitian dan Statistik Terapan. Surabaya: University Press Universitas Airlangga, hal 30-33<br />Wirakusumah ES. 1997. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Tama, hal 25<br />Wirakusumah ES. 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: PT Trubus Agriwidya, hal 33<br />Wirawan, Sarlito. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo<br />Wirjatmadi, Bambang. 1998. Materi Kuliah Prinsip-prinsip Dasar Metode Penelitian Gizi Masyarakat. Surabaya: Program Pasca Sarjana UNAIR, hal 12<br />Zainuddin M. 2000. Metodologi Penelitian. Surabaya: Pasca Sarjana UNAIR, hal. 61-73<br />Zarwan. 2000. Tesis: Peningkatan Kadar Hb dan VO2 Max Mahasiswa Melalui Pemberian Fe, Asam Folat dan Latihan. Surabaya: Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, hal. 7-24keyshahttp://www.blogger.com/profile/14888244112795686732noreply@blogger.com0